Kultur Embrio dan Transfer Embrio

Kultur Embrio dan transfer Embrio

Setelah dilakukan inseminasi, tindakan selanjutnya adalah melakukan observasi untuk memastikan apakah terjadi fertilisasi atau tidak. Kemudian setiap 24 jam dilakukan penilaian pembelahan sel pada embrio. Waktu yang tepat dan stadium embrio yang harus ditransfer sampai saat ini masih menjadi perbedaan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa transfer embrio yang dilakukan pada hari ke-3 akan memberikan kehamilan yang lebih baik jika dibandingkan hari ke-2. Hal yang sama akan terjadi bila transfer embrio dilakukan pada stadium (hari ke-5). Walaupun Cochrane reviuw belum menyatakan bahwa blastoris transfer akan menghasilkan kehamilan yang Lebih baik (OR 0,86; 95% CI 0,57 – 1,29).

Luteal Support
Pemberian GnRH agonis saat stimulasi ovarium menyebabkan efek fase luteal sehingga dapat mengganggu proses implantasi. Untuk mengatasi hal ini diperlukan pemberian hormon progesterone, kombinasi estrogen-progesteron, atau Hcg dalam berbagai bentuk sedian, dosis maupun rute pemberian. Meta analisis membuktikan bahwa pemberian progesterone sama efektifnya dengan hCG dalam meningkatkan kemungkinan kehamilan pascaFIV, sedangkan penambahan preparat estrogen oral pasca FIV akan meningkatkan keberhasilan implantasi.

Kriopreservasi
Tindakan Kriopreservasi sperma dan embrio merupakan hal penting dalam teknologi reproduksi terbantu (TRB). Dengan ditemukannya berbagai teknik baru dalam stimulasi ovarium, maka sering dijumpai jumlah osit dan embrio yang banyak sehingga diperlukan teknik kriopreservasi untuk melakukan simpan beku embrio yang tersisa. Teknik ini juga penting pada kasus-kasus hiperstimulasi ovarium yang tidak memungkinkan untuk dilakukan transfer embrio. Berbagai teknik yang digunakan dalam hal ini yaitu slow freezing, rapid freezing, atau vitrifikasi.